This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 07 Oktober 2012

ABG Jaman Sekarang

Sebagai pemuda jaman sekarang (weeits.haha) pasti pengen bergaul ama temen2, masih pengen pacaran, masih pengen senang-senang. Tapi kita sering ga sadar klo kita udah kelewatan tentang apa yang sudah kita lakukan. Yang jomblo pengen punya pacar, pas udah punya pacar..GALAUUU.. haduh abg jaman sekarang..hahaha.. Sebagai renungan saja, yang udah punya pacar. Yang masih jomblo mending lebih bangga dengan statusny jadi #JOSH(JOmblo Sampai Halal) aja,ga banyak maksiat ga banyak dosa.

- Ketika kekasihnya sakit khawatirnya luar biasa,perhatianya sampai berlebihan,, giliran ibunya sakit malah cuek aja, seolah ga tau ibunya sakit.

- Kekasih ulang tahun bingung setengah mati buatnyari hadiah sampai bikin kejutan lagi,, giliran ibunya ulang tahun ga beliin hadiah bahkan ucapan aja enggak.

- Kekasih belum makan perhatianya selangit, diajak makan bareng lagi,, giliran ibunya blm makan cuek aja.

- Kekasih marah, galau ga ketulungan,, pas ibunya marah eh malah dibales marah.

- Butuh kekasih setiap waktu,, giliran butuh ibunya pas ada maunya.

Mereka lupa :

- Ketika sakit, manggil2 IBU.
- Ketika butuh duit minta IBU.
- Ketika dimarahin ayah ngadu ke IBU.
- Kalau minta apa aja, mintanya ke IBU.

KETIKA IBU SUDAH TIDAK ADA MEREKA MENANGIS DAN MENYESAL, MENGINGINKAN IBU KEMBALI..

semoga kita diberi ampunan dan ibu kita diberi umur panjang.. Aamiin..

Sabtu, 06 Oktober 2012

Cewek Pisang Goreng vs Cewek Lapis Legit

lho kok cewek pisang goreng?ada cewek lapis legit lagi, maksudnya apaan???sabaarr sabarr sabaar jangan emosi buat para ukhti..hehe. ane ga bermaksud menghina hlo cuma sebagai renungan buat ukhti sekalian..apasih maksudnya cewek pisang goreng ama lapis legit? disimak yaa..

CEWEK PISANG GORENG
1. Tidak terbungkus,terbuka,mengumbar lekuk diri,kena angin, kena debu..ngertikan maksudny.
2. Buatnya mudah, harganya murah, dijual dipinggir jalan di meja/grobak yang udah reot pula
3. Yang beli biasanya mahasiswa atau yang punya isi kantong kayak mahasiswa..hehe
4. Sebelum dibeli dipegang-pegang dulu, diraba-raba, dicari yang masih panas dan garing. yang dipegeng-pegang 10 yang dibeli cuma 1. itu aja ngutang (-_-).

CEWEK LAPIS LEGIT
1. Terbungkus rapi, rapat tidak kena angin dan debu, ada juga yang bersangkarkan indah yang menawan hati. Sangkarnya aja indah apa lagi isinya coba. :D
2. Buatnya sulit dan harus berlapis-lapis. lapis pertama tidak boleh terlalu tipis dan terlalu tebal dan juga jangan terlalu panas atau terlalu dingin. Sulit memang tapi isinya terjamin kualitasnya. Dipajang di etalase toko yang bersih nan seteril.. awas tidak boleh disentuh!!.
3. Pembelinya dari kalangan berada. berkantong tebal. Yang berkantong mahasiswa jarang ada yang mendekati ini, karena bukan levelnya.
4. Tidak boleh dipegang-pegang, hanya boleh dilihat, sekedar melirik, kalau suka silahkan bayar. Dibungkus rapi dan dibawa pulang. Silahkan menikmati, rasakan, kalau sudah maka akan menjadi belahan hati :D


gimana para ukhti mau yang bertipe PISANG GORENG atau yang LAPIS LEGIT? pikirkan lagi,renungkan apakah saya termasuk yang bertipe pisang goreng atau lapis legit atau malah lebih parah?Nauzubillah.. kalau masih bertipe pisang goreng, hayuh segera bertobat mendekatkan diri ke sang pencipta, mumpung masih diberi kesempatan hidup,,jangan sampai didahului matahari terbit dari barat!.


Sumber

Jumat, 05 Oktober 2012

Kisah Nyata : Semua Meninggalkanku Setelah Aku Berhijab

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... "Ya Allah, akhirnya dengan hijab ini aku dapat merasakan lezatnya nikmat iman."

Diakui atau tidak, baik atau buruknya perilaku seseorang itu, juga tergantung dengan siapa ia bergaul. Ketika sahabatnya adalah orang-orang yang memiliki akhlakul karimah (akhlak yang mulia), maka, secara tidak langsung ia telah ikut merasakan langkah sahabat-sahabatnya yang mulia.

Begitu pula sebaliknya, ketika yang mejadi teman gaul itu adalah sekelompok orang yang jauh dari cahaya Allah, kita pun akan mengikuti mereka sedikit demi sedikit. Sebab itu, kita perlu mewas diri dengan siapa kita bersahabat, sehingga tidak menyesal di kemudian hari.


Mungkin, karena kecerobohan saya dalam memilih teman itulah, yang telah menjerumuskanku ke jalan yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam.

Dua puluh tahun lalu, tahun 90-an, mengamen di kampus-kampus, terminal-terminal, telah menjadi pilihan gaya hidupku. Padahal, di lain pihak, orangtuaku termasuk orang yang berada (berkecukupan), untuk membiayai kuliah, kos dan sanguku.

Bahkan, beliau termasuk pengurus salah satu organisasi Masyarakat Islam terbesar di Indonesia, yang mana, jam terbang dakwahnya cukup tinggi. Namun, sekali lagi, karena salah pergaulan, justru jalan setan inilah yang menjadi pijakanku, sebelum akhirnya hidayah merasuk ke dalam sanubari.

Pengalaman buruk itu bermula dari aku menjadi mahasiswi di sebuah universitas di Malang. Aku sendiri lahir dari Sidoarjo. Karena jauhnya lokasi rumah dan kampus, maka saya lebih memilih untuk mengekos di lokasi yang tidak jauh dari kampus.

Terus terang, sejatinya aku menjalani proses perkuliahan itu dengan setengah hati. Tidak ada keseriusan di dalamnya. Oleh karenanya, untuk mencari hiburan, aku mendaftarkan diri untuk masuk group theater. Di sini, meskipun tidak sering, kami kadang-kadang diundang untuk mengisi beberapa acara.

Seiring dengan terus berjalannya waktu, tumbuh keinginan untuk mengikuti profesi beberapa temanku, yaitu mengamen. Bedanya, kalau mereka mengamen untuk memenuhi biaya hidup, sedangkan aku, menjalaninya hanya untuk mencari kepuasan dan kesenangan diri semata.

Gayung bersambut, ternyata teman-temanku itu sangat responsif terhadap keinginanku tersebut. Sejak itulah, karir sebagai penyanyi jalanan di mulai.

Kampus-kampus terbesar di Malang seperti; IAIN (yang kini berubah menjadi UIN), IKIP, UNIBRAW, adalah diantara target kami. Namun, tidak jarang juga kami melebarkan sayap jangkauan kami, ke daerah Batu, karena memang di sini tempat para wisatawan luar negeri, yang mana jika mereka memberi, relatif lebih besar dari pada orang-orang pribumi.

Dari hari ke hari, aku benar-benar dimabuk cinta oleh aktivitas baruku ini. bisa dibilang saat itu aku sudah 'gila', 'gila' ngamen.

Bayangkan, meskipun statusku sebagai mahasiswi, namun, intensitas dalam mengamen, dan jauhnya jangkauan yang harus ditempuh, bisa dibilang, mengalah-ngalahi, mereka yang memang berprofesi sebagai pengamen sejati, sekalipun mereka itu cowok. Aku dan beberapa teman tidak lagi mengamen di kampus-kampus, namun juga sudah menuju terminal-terminal.

Disergap Satpol PP ...

Pernah pada suatu hari, ketika sedang asik melantunkan sebuah lagu di terminal Arjosari, Malang, kami disergap oleh Satpol PP Karena kelihaian kami bersilat lidah, akhirnya, kami dilepaskan, "Pak, kita ini para mahasiswi yang sedang praktek lapangn, yang meneliti tentang kehidupan para pengamen," jelas kami waktu itu yang langsung dipercayai.

Tapi pengalaman itu rupanya tak pernah menyurutkan ku menghentikan kebiasaan gila ini.

Tak puas hanya berkutat di daerah Malang saja, akhirnya kami beranikan diri untuk memperluas daerah jangkauan. Tidak tanggung-tanggung, daerah yang kami tuju adalah Lumajang, bahkan, karena saking kuatnya tekat untuk mengamen, kami berani mengamen hingga ke Madura, Banyuwangi, bahkan Bali sekali pun. (Astaghfirullaha 'Adziim, semoga Allah mengampuni masa laluku).

Aktivitas yang demikian ini, terus aku jalani hingga aku duduk di semester enam. Meskipun demikian liarnya pergaulanku saat itu, orang tuaku tidak pernah mengetahuinya. Dan Alhamdulillah-nya, meskipun tidak terlalu baik, setiap kali ujian semester, aku selalu lulus. -mungkin- hal inilah, yang membuat orang tuaku tidak curiga dengan aktivitas saya.

Tapi memang di balik itu semua, terlihat keinginan mereka agar aku bisa memperbaiki kostum pakaianku. Memang pada saat itu, baju yang ketat dengan bawahan seperti jeans, menjadi pakaian favoritku. Ditambah lagi dengan rambut yang terurai bebas.

Datangnya Hidayah ....

Senikmat apapun hidup di tengah kegelapan cahaya Allah, tetaplah itu semua kenikmatan semu, yang tidak akan pernah mencapai kenikmatan hakiki yang mengarah kepada ketenangan jiwa, dan kesejukan hati.

Semakin hawa nafsu itu dituruti, sejatinya jiwa ini semakin haus, rindu akan siraman ketenangan. Namun, karena hawa nafsu begitu dominan, yang terjadi hanyalah pengingkaran, pengingkaran jeritan hati. Sehingga, meskipun ia terluka, mulut masih bisah tetap tertawa dengan sumringahnya.

Begitu pula dengan diriku. Sejatinya hatiku menjerit, mengakui kekeliruan jalur yang aku pilih. Hingga terjadilah suatu pristiwa, yang cukup menggugah diriku, yang kemudian menjadi titik awal kembalinya saya ke fithrah Ilahiyah.

Hari itu (akhir dari tahun 1993), tersebutlah salah satu teman kosku yang baru saja menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Pada dasarnya, ia juga termasuk tipe orang yang kurang memperhatikan hijab, termasuk aurat (jilbab).

Tapi, karena tempat PKL-nya di sekolah Muhammadiyah, maka ia pun "terpaksa" menggunakan hijab tersebut. Di tengah-tengah ia merapihkan pakaiannya, saya tertegun melihat jilbab yang sedang ia lipat.

Seketika itu saya memberanikan diri untuk memintanya, "Mbak, jilbabnya saya ambil aja yah," ujarku kala itu. "Untuk apa?" timbalnya "Ya, mungkin suatu hari nanti aku akan memakainya. Sekalian buat kenang-kenangan. Mbak kan sudah mau selesai kuliahnya," ujarku. Akhirnya jilbab itu ia berikan juga.

Setelah ia menyerahkan jilbab itu, saya langsung menjoba mengenakannya. "Wah mbak cantik juga kalau pakek jilbab," ujar beberapa teman mengomentari ulahku. Ada rasa nyesss, tatkala aku bercermin dan melihat penampilanku berjilbab saat itu. Sepertinya setes embun telah membasahi hatiku. Rasanya sejuk sekali. Maka mulailah aku berfikir untuk menggunakan jilbab.

Meski demikian, masih terngiang dengan jelas di benakku, bagimana reaksi kedua orangtuaku nanti? Diam-diam aku pulang dengan penampilan baru, berjilbab. Tapi tetap saja, itu hanya bagian atas. Sebab, pakaian bawah, masih standar jahiliyah, menggunakan jeans.

"Nah, beginilah nak seharusnya seorang muslimah berbusana," puji orangtuaku dalam raut wajah cukup kaget dan linangan air mata. Mungkin karena suka nya, mereka mengajakku memborong pakaiaan muslimah. Alhamdulillah, sejak saat itu, tekad ku menggunakan jilbab semakin kuat.

Terror dari Segala Penjuru ....

Namun, perjalanan ini rupanya tak semulus yang aku kira. Yang ada justru jalan terjal, lagi berbatuan. Akan tetapi, justru jalan yang demikian inilah, yang kemudian hari akan menghantarkan seseorang merasakan manisnya perjuangan, indahnya keimanan.

Setibanya di kampus aku diselimuti keraguan untuk menggunakan jilbab. Penyebabnya, tentusaja mempertimbangkan reaksi teman-temanku, yang sepertinya mereka fobia terhadap jilbab. Maka, untuk menghindari itu semua, aku pun 'kucing-kucingan' bersama mereka.

Kalau kuliah malam hari, saya mengenakan jilbab, kalau siang, akupun melucutinya alias bongkar-pasang. Pekerjaan ini berjalan hingga lima bulan. Tapi, lama-kelamaan, aku sendiri tidak kuat dengan permainan ini. Sebab itu, aku beranikan diri untuk berkata jujur kepada mereka, bahwa aku ada aku yang sudah dengan penampilan baru.

Apa yang saya kuatirkan sebelumnya benar-benar terjadi. Teman-temanku mencemooh dan mengkerdilkanku, "Apa kamu ingin menjadi pocong dengan pakai jilbab!". "Kalau kamu pakai jilbab, kamu tidak akan bebas.Kamu akan selalu terkekang," ujar yang lain. Semua itu, sangat mengiris-iris hatiku.

Tidak cukup dengan omongan saja mereka berperilaku buruk (yang sebelumnya sangat-sangat akrab), mereka juga dengan serempak menjauhiku. Seorang memboikot penampilanku, mereka hilang satu-persatu.

Jadilah aku "sebatang kara". Melihat kondisi kampus yang tidak kondusif ini, saya bermusyawarah dengan orangtua mengenai permasalahanku. Akhirnya diputuskan, pulang-pergi sebagai alternatifnya, sekalipun itu sangat jauh Malang-Sidoarjo.

Ternyata harapan untuk menggunakan hijab dengan mudah di rumah sendiri, tidak semudah membalik telapak tangan. Di sini pun aku dikucilkan oleh beberapa saudara.

"Perilaku masih kayak gitu kok pakai jilbab."

"Nanti saja makai jilbabnya. Kamu itu masih belum menikah. Entar gak laku melihat penampilanmu yang aneh ini," ujar sebagian dari mereka.

Akan tetapi, sebesar apapun angin dan badai hinaan menghantam, aku telah bulatkan niat untuk tetap menggunakan jilbab. Agar pengetahuan agamaku semakin bertambah, maka, akupun melahap buku-buku agama, yang aku beli di toko-toko buku.

Karena membaca pengalaman betapa sukarnya berjalan di jalur yang diridhai Allah, setiap kali melaksanakan shalat, aku senantiasa berdo'a kepada-Nya.

"Ya Allah, sudilah kiranya Engka memberikanku pendamping hidup yang mendukung apa yang aku yakini sebagai kebenaran ini," begitu doaku.

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do'a-do'a hambanya. Melalui perantara kedua orangtuaku, aku akhirnya dijodohkan dengan seorang aktivis dakwah yang sebelumnya tak pernah aku kenal.

Aku sangat bersyukur berdampingan dengannya. Selain ia sebagai figur suami yang baik, ia juga merupakan sosok pembimbing yang senantiasa mengarahkan ke pada jalan yang benar, yang diridhai oleh Allah. Yang sangat membahagiakanku, ia adalah seorang yang sangat mengerti agama dan seorang dai.

Saat ini, kami telah dianugerahi dua putra dan dua putri. Selain sibuk mengurusi rumah tangga dan mendidik anak-anak, aku juga aktif di organisasi muslimah yang berada di bawah naungan salah satu harakah Islam.

"Ya Allah, kini akhirnya aku dapat merasakan lezatnya nikmat iman ini."

"Wahai para Muslimah, gunakanlah hijab sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh agama (Islam) yang indah dan mulia ini. Dengan hijab itu identitas kalian akan lebih jelas. Tanpanya, bukan hanya keimanan kita saja yang kurang nampak, namun, keislaman kitapun patut dipertanyakan."

[kisah ini diceritakan langsung oleh Ibu Fina kepada hidayatullah.com/Robin Sah/hidayatullah/dg sedikit perubahan]a